Jumat, 21 November 2014

KIMIA


BAB I
REAKSI ALKOHOL
1.1  Latar Belakang
Alkohol adalah persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil. Karena ikatan hidroksil bersifat kovalen, maka sifat alkohol tidak serupa dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama akhiran-ol.
Alkohol dapat digolongkan berdasaarkan
a.       Letak gugus OH pada atom karbon.
b.      Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya).
c.       Bentuk rantai karbonya.
Alkohol yang paling sederhana adalah methanol (CH3OH) atau disebut juga alkohol kayu. Methanol merupakan larutan mudah menguap yang tidak berwarna dan dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan. Methanol di jual sebagai spirtus untuk bahan bakar. Methanol sangat beracun, bila tercium atau terhirup dapat menyebabkan kebutaan dan lumpuh.
Alkohol lain yang banyak digunakan adalah etanol (CH3CH2OH). Minuman beralkohol mengandung etanol dengan konsentrasi berbeda. Etanol dapat menekan susunan saraf pusat. Dapat digunakan sebagai antiseftik dan pengawet, sebab dapat mengkoagulasikan protoplasma. Alkohol dapat juga dihasilkan dari karbohidrat secara biologis yaitu dengan bantuan kerja enzim zymase ( terdapat dalam sel khamir atau yeast).
Reaksinya terdiri dari beberapa tahap yang dapat dituliskan secara sederhana sebagai berikut:
C6H12O6 2CO2  + 2CO2H5OH
Alkohol dengan rantai aromatic bersifat lebih asam dari pada alkohol – alkohol alifatik. Ini disebabkan karena terjadinya delekalisasi electron pada cincin aromatic yaitu electron pada oksigen (O2) dan hydrogen (H2) cenderung tertarik kea rah cincin aromatic.


1.2  Tujuan

1.      Mengetahui dan menunjukkan adanya air pada alcohol.
2.      Mengetahui esterifikasi alcohol.
                                                    

1.3  Tinjauan Pustaka

 Alkohol merupakan suatu senyawa organik organik yang tersusun dari atom C, H dan O dengan rumus umum CnH2n+1OH. Ciri khas alkohol yaitu terdapatnya gugus –OH pada rantai karbon. Rantai karbon dapat berupa gugus alkil jenuh maupun tidak jenuh, gugus alkil tersubtitusi dan dapat pula terikat pada rantai siklik. Selain alkohol dengan satu gugus –OH dikenal pula alkohol yang memiliki gugus –OH lebih dari satu. Alkohol yang memiliki satu gugus –OH disebut alkohol monohodroksi, alkohol dengan dua gugus –OH disebut alkohol dihidroksi dan seterusnya.

Berdasarkan atom karbon yang mengikat gugus –OH alkohol dikelompokan menjadi:
a. Alkohol primer, yaitu alkohol yang gugus –OH terikat pada C primer
clip_image002

b. Alkohol sekunder, yairu alkohol yang gugus –OH terikat pada C sekunder
clip_image004

c. Alkohol tersier, yaitu alkohol yang gugus –OH terikat pada C tersier
clip_image006



Tata Nama Alkohol
Tata nama IUPAC
1) Tata nama alkohol tidak begitu berbeda dengan pemberian nama pada alkana. Perbedaannya yaitu akhiran –a pada alkana terkait diganti dengan akhiran –ol.
2) Pemberian nomor pada atom karbon dimulai dari atom karbon yang paling dekat dengan gugus –OH.
Contoh

clip_image008

Tata Nama Trivial
Tata nama trivial atau nama umum hanya berlaku untuk alkohol-alkohol suku rendah atau alkohol-alkohol dengan rumus molekul sederhana. Tata nama trivial untuk alkohol yaitu dengan menyebut nama gugus alkil yang mengikat gugus –OH kemudian diikuti dengan kata alkohol.
clip_image010

Isomer dan Sifat Alkohol
Senyawa-senyawa alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama dapat mengalami isomer. Pada alkohol terjadi isomer posisi, yaitu alkohol dengan jumlah atom karbon sama tetapi letak gugus –OH dalam struktur berbeda. Misalnya alkohol dengan rumus molekul C3H8O dapat ditulis dengan dua rumus struktur
clip_image012
Kelarutan alkohol dalam air dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang terdapat pada alkohol. Alkohol dengan 1-3 atom karbon meruapakan cairan tak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan, 4-5 atom karbon sedikit larut dalam air sedangkan alkohol dengan jumlah atom karbon > 6 tidak larut dalam air.
Berdasarkan struktur yang dimiliki, alkohol merupakan gabungan antara alkana atau gugus R dan air. Gugus R bersifat nonpolar atau lipofilik, gugus –OH bersifat polar atau hidrofobik, ketika alkohol dengan jumlah atom karbon sedikit ketika dilarutkan dalam air maka gugus –OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun ketika jumlah atom karbon makin banyak maka sifat nonpolar dari gugus R atau alkana lebih dominan sehingga kelarutan dalam air berkurang bahkan tidak larut ketika jumlah atom karbon makin banyak.
Makin tinggi berat molekul maka makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya. Titik didih alkohol lebih tinggi dari alkana yang berat molekulnya hampir sama karena terbentuk ikatan hidrogen dengan sesama molekul alkohol. Pada alkana tidak terbentuk ikatan hidrogen antar sesama molekul.Titik didih alkohol titik didh alkohol primer > alkohol sekunder > tersier. Pada alkohol-alkohol bercabang memiliki titik didih lebih rendah dari alkohol dengan dengan rantai lurus. Dengan ketentuan memiliki berat molekul yang hampir sama atau dengan jumlah atom karbon sama. Hal ini disebabkaa alkohol-alkohol bercabang bentuk molekulnya menyerupai bola.
Fungsi Alkohol
Berikut beberapa fungsi alkohol secara umum
a) Sebagai bahan dasar sintesis senyawa organik
b) Sebagai pelarut
c) Sebagai bahan dasar pembuatan deterjen sintetik misalnya lauril alkohol.
d) Sebagai bahan pembersih kaca
e) Untuk hewan-hewan koleksi yang berukuran kecil alkohol dapat dijadikan sebagai pengawet.
f) Campuran metanol dan etanol sering dicampurkan dengan bensin sebagai bahan bakar.
Reaksi-Reaksi pada Alkohol
Gugus –OH merupakan gugus fungsi dari alkohol oleh sebab itu sebagian besar reaksi terjadi pada gugus tersebut. Berikut merupakan beberapa reaksi yang terjadi pada alkohol: reaksi oksidasi, penggantian gugus –OH, penggantian atom H pada gugus –OH oleh gugus asam, logam aktif dan gugus alkil.

Oksidasi
Alkohol dengan oksidator kuat seperti NA2Cr2O7 + H2SO4 dapat mengalami reaksi oksidasi. Hasil yang diperoleh dari reaksi oksidasi berbeda-beda tergantung pada jenis alkoholnya. Akohol primer jika teroksidasi menghasilkan aldehida apabila jumlah oksidator masih berlebih akan terjadi oksidasi berlanjut memebntuk asam karboksilat, alkohol sekunder menghasilkan keton sedangkan alkohol tersier menghasilkan campuran asam karboksilat dan keton. Reaksi antara alkohol primer, sekunder dan tersier dengan NA2Cr2O7 + H2SO4 dapat dilihat pada contoh.
clip_image014

Penggantian Gugus –OH
Gugus –OH pada alkohol dapat digantikan oleh atom-atom halogen apabila direaksikan dengan fosfor halida dan asam halida. Fosfor halida dapat berupa PX3 dan PX5 sedangkan asam halogen berupa HX.
clip_image016
Laju reaksi alkohol dengan asam halogen adalah alkohol tersier > alkohol sekunder > alkohol primer.

Etanol
Etanol merupakan salah satu jenis alkohol yang dikonsumsi dan memiliki titik didih dan titik leleh berturut-turut 78 ºC dan 114 ºC. Etanol memiliki rumus molekul C2H5OH dan sering disingkat menjadi EtOH. Anggur, wiskey dan bir merupakan minuman keras yang mengandung etanol dengan konsentrasi tertentu. Etanol merupakan cairan yang jernih tidak berwarna, terasa membakar pada mulut maupun tenggorokan bila ditelan. Beberapa jenis minuman yang mengandung alkohol adalah sebagai berikut :
- Golongan A : kadar etanol 1% – 5% (bir)
- Golongan B : kadar etanol 5% – 20% (wine)
- Golongan C : kadar etanol 20% – 45% (whiskey, vodka, manson house, johny walker, kamput)
Minuman-minuman seperti anggur dan bir telah dikenal dikenal sejak zaman prasejarah. Pada zaman itu munuman-minuman tersebut diperoleh dari proses peragian atau fermentasi terhadap bahan-bahan yang mengandung pati atau gula. Bahan sebagai sumber pati dapat berupa kentang, ubi kayu dan beras. Umumnya bahan-bahan yang mengandung pati dapat diolah menjadi alkohol dengan proses peragian atau fermentasi. Awalnya bahan yang mengandung pati direndam dengan air sehingga terbentuk enzim amilase. Enzim amilase yang terbentuk secara bertahap menguraikan pati menjadi glukosa. Dengan bantuan enzim zimase yang terdapat di dalam ragi, glukosa yang terbentuk diuraikan menjadi etanol dan karbondioksida.
clip_image028
Proses fermentasi dilangsungkan pada suhu 25 ºC. Pada suhu rendah proses peragian berjalan lambat sedangkan pada suhu tinggi ragi yang ditambahkan akan terbunuh. Konsentrasi etanol yang diperoleh dari proses fermentasi maksimal 10-15%. Hal ini disebabkan pada konsentrasi lebih tinggi sel-sel ragi terbunuh sehingga proses penguraian glukosa terhenti.
 Untuk meningkatkan kadar alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi dilakukan dengan destilasi fraksional. Titik didih etanol 78 ºC dan titik didih air 100 ºC. Dari proses destilasi fraksional walaupun konsentrasi etanol sangat tinggi namun tidak diperoleh etanol absolut. Etanol absolut yaitu etanol dengan konsentrasi 100%. Hal ini disebabkan etanol dan air membentuk suatu campuran azeotropik sehingga hanya diperolehn etanol dengan kemurnian 96%. Campuran azeotropik yaitu campuran yang memiliki titik didih sama. Untuk memperoleh etanol absolut perlu dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan menambahkan CaO atau Mg(OCH3)2 sebagai penarik air.
Selain dengan cara fermentasi etanol dapat pula diproduksi hidrasi etilena menggunakan katalis asam fosfat pada suhu 300 ºC.
clip_image030
Selain cara di atas dapat pula digunakan proses hidrasi secara tidak langsung etilena dengan H2SO4pekat. Produk hidrasi yang diperoleh hidrolisis sehingga diperoleh etanol.

clip_image032
Alkohol Dihidroksi
Alkohol dihidroksi merupakan alkohol yang di dalam molekulnya terdapat 2 buah gugs –OH. Alkohol-alkohol yang memiliki dua buah gugus –OH disebut glikol. Salah satu contoh alkohol dihidroksi yaitu etilena glikol. Berikut rumus struktur etilena glikol:
clip_image034
Etilena glikol merupakan cairan tidak berwarna yang memiliki rasa manis. Alkohol bersifat dan larut dengan baik di dalam air.
Alkohol Trihidroksi
Alkohol trihidroksi merupakan alkohol yang didalam molekulnya terdapat 3 buah gugus –OH. Gliserol atau 1,2,3-propananatriol merupakan salah satu contoh terpenting dari alkohol trihidroksi. Istilah gliserol berasal dari bahasa Yunani glykys yang berarti manis. Gliserol pada temperatur kamar berupa cairan kental tidak berwarna yang memiliki rasa manis dengan titik didih dan titik leleh berturut-berturut 290 ºC dan 18 ºC, dapat bercampur dengan air dan alkohol pada segala perbandingan.
Gliserol di dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut karena memiliki sifat penyerap air (higroskopis). Di dalam bidang industri gliserol digunakan sebagai bahan pembuat parfum, pelumas, dan digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik karena gliserol mampu melembutkan kulit. Gliserol umumnya dibuat dengan cara hidrolis lemak menggunakan NaOH dan hidrolisis 1,2,3-trikloropropana menggunakan K2CO3 dan H2O.
clip_image036

1.4  Metode
1.      Alat dan Bahan
Bahan
·         Alcohol 50 %
·         CuSO4
·         Asam Sulfat
·         Kalium Karbonat (K2CO3)
·         Etanol
·         Aquades




Alat
·         Tabung reaksi 5 buah
·         Spatula 2 buah
·         Gelas Arloji 2 buah
·         Pipet tetes
·         Pipet volume 3 buah

2.      Cara Kerja
Penunjukkan adanya air pada alcohol.
a)      Maukkan 5ml alcohol 50% kedalam tabung reaksi, tambahkan 2ml CuSO4 kedalam tabung yang berisi alcohol, lalu dikocok. Amati perubahan yang terjadi.
b)      Maukkan 5ml alcohol 50% kedalam reaksi, kemudian tambahkan 2ml K2CO3, kocok dan amati perubahan yang terjadi.
c)      Ulangi percobaan sekali lagi.
Esterifikasi Alcohol.
a)      Masukkan 2ml etanol kedalam tabung reaksi, kemudian masukkan beebrapa tetes asam asetat.
b)      Selanjutnya tambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5ml (tutup dengan kapas)
c)      Masukkan pada gelas ukur yang sudah di isi aquades 25ml selama 2 menit. Amati perubahan yang terjadi.
d)     Ulangi percobaan sekali lagi.

1.5  Hasil Pengamatan
Uji
Perlakuan
Keterangan


Penunjukan adanya air

Alkohol 50%  5 ml + CuSO4 2 ml

Terdapat gelembung dan uap air
Alkohol 50%  5 ml + K2CO3 2 ml
Tidak terjadi perubahan dan menguap

Esterrifikasi alkohol
Etanol 2 ml + Asam asetat + 5 tetes Asam sulfat pekat masukan pada gelas ukur 25 ml yang sudah diisi aquades selama 2 menit  
Terdapat minyak yang keluar, tidak terjadi perubahan warna dan menguap.


Pada percobaan pertama dari:
A.    Penunjukkan adanya air pada alcohol.
a.       Pada percobaan 5ml alcohol + 2ml CuSO4, terdapat gelembung dan uap air yang keluar setelah dikocok berulang ulang.
b.      Pada percobaan 5ml alcohol + 2ml K2CO3, tidak terjadi perubahan warana tetapi keluar uap air setelah dikocok berulang ulang.

R – OH + CuSO4 R – Cu + H2O + SO4
R – OH + K2CO3 R – K + H2O + CO2

B.     Esterifikasi Alcohol
a.       Pada percobaan , alcohol + asam karboksilat menghasilkan senyawa ester dan air.
b.      Pada percobaan esterifikasi dengan etanol di masukan dalam tabung reaksi yang di tambah dengan asam asetat dan asam sulfat pekat kemudian di masukan dalam gelas ukur 25 ml yang sudah di isi dengan aquadest maka hasilnya diperoleh bau balon dengan warna kuning yang disebabkan oleh asam sulfat pekat yang menguap bersamaan dengan etanol.       
                                       O                          O
CH3 - CH2 - OH + H3C – C     H2SO4   H3C – C + H2O – H2SO4
                                      OH                      CH

1.6  Kesimpulan
Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa alkohol dengan rantai aromatik bersifat lebih asam daripada alkohol-alkohol alifatik.
Ini disebabkan karena terjadinya delekalisasi elektron pada cincin aromatik yaitu elektron pada oksigen (O2) dan hidrogen (H2) cenderung tertarik kearah cincin aromatik. Pada kedua percobaan tersebut juga terdapat uap air yang terkandung didalamnya.

BAB II
TITRASI ASAM DAN BASA
1.1  Latar Belakang
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang di ketahui knsentrasinya. Prinsif dasar titrasi asam basa di dasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik equpalen pada titrasi asam basa adalah pada saat di mana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjai perubahan pH. pH pada titik equpalen ditentukan oleh sejumlah garam yang di hasilkan dari netralisasi asam basa.
Pada titrasi juga memerlukan indikator asam-basa untuk mengetahui kosentrasinya. Indikator asam-basa adalah senyawa halokromik  yang di tambah dalam jumlah kecil ke dalam sempel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Tetapi tidak semua titrasi membutuhkan indikator.
Tirasi asam basa basa disebut juga titrasi adisi alkalimtri. Kadar atau kosentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam-basa. Volumetri adalah analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sempel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia.

1.2  Tujuan

1.      Mengetahui titik ekivalen dan titik akhir pada percobaan titrasi.
2.      Mengetahui indicator asam basa.
3.      Mengetahui normalitas zat yang dititrasi.








1.3  Tinjauan Pustaka
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi darireaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
 Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisis tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer yang konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan—sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2.    Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa

keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
1.4  Metode
1.      Alat dan Bahan
Alat
·         Buret
·         Pipet tetes
·         Gelas piala
·         Pipet gondok
·         Erlenmeyer
Bahan
·         NaOH
·         Larutan HCL 0,1 N
·         Fenolftalin (PP)
·         Aquades

2.      Cara Kerja
Titrasi Asam-Basa
a)      Isilah buret dengan larutan standar (NaOH 0,1N)
b)      Pakailah pipet gondok untuk mengambil 10ml HCL 0,1 N yang sudah ada. Masukkan HCL ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan beberapa tetes PP (kami menggunakan 3 tetes PP). Erlenmeyer ini harus digoyang-goyangkan perlahan-lahan.
c)      Titrasi diberhentikan ketika penambahan setetes NAOH merubah warna merah sangat muda yang tidak mau hilang pada penggoyangan.
d)     Pekerjaan diulang 2 kali.
e)      Catat berapa ml larutan standar yang digunakan dengan melihat batas cairan dalam buret.
f)       Hitung berapa normalitas larutan yang dititrasi.




1.5  Hasil pengamatan

TABEL HASIL PENGAMATAN
No.
Larutan
Percobaan ke-
Volum NaOH yang terpakai (mL)
Warna larutan
1
HCl + PP + NaOH
1
10 ml
Pink (merah jambu)
2
HCl + PP + NaOH
2
9,8 ml
Pink (merah jambu)






1.      Pada percobaan pertama
Pada percobaan ini dicampurkan 3 tetes PP dan 10 ml HCl dan volume dari NaOH yaitu 10 ml.
2.      Pada percobaan kedua
Pada percobaan ini dicampurkan 3 tetes PP dan 10 ml HCl dan volume dari NaOH yaitu 9,5 ml.

Normalitas larutan yang dititrasi adalah :
HCl yang dipakai          10 + 10       10 ml
                                   2
NaOH yang dipakai      10 + 9,8       9,9 ml
                                   2
Sehingga untuk mentitrasi 10 ml HCl, diperlukan NaOH sebanyak 9,9 ml untuk mencapai kestapilan atau ekuivalen.

1.6  Kesimpulan
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi, titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, dimana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8,2 atau melewatinya. Pada percobaan pertama dan kedua mengalami perbedaan volume NaOH sebanyak 0,2 ml.
DAFTAR PUSTAKA

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda